Persaingan Dunia Konstruksi Makin Tak Sehat karena Covid

Pandemi Covid-19 juga turut memukul hebat dunia konstruksi. Bahkan hanya sekedar untuk dapat bertahan, kontraktor jor – joran menawar paket lelang proyek sampai harga paling rendah. “Penawarannya sampai 70 persen dari Pagu. 30 persen dibuang,” kata Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Provinsi NTB, Kukuh Sugiarto.

Persaingan dunia konstruksi menjadi tidak sehat. Sebelum covid, penawaran terendah hingga 70 persen ini menurutnya sangat jarang ditemukan. Menurut kajian pemerintah dari dulunya, sempat ada aturan, penawaran di bawah 80 persen, kontraktor harus menaikkan nilai jaminan penawaran. “Sepertinya 80 persen saja sudah diragukan pemerintah. Jadi jika di bawah 80 persen, ditinggikan nilai jaminan penawarannya sampai 80 persen pagu. Sehingga dia (kontraktor) serius mengerjakan. Bila ditinggalkan klaimnya tinggi,” jelas Kukuh.

Kecenderungan kontraktor melakukan penawaran proyek hingga 70 persen ini karena pertimbangan asal mampu bertahan, melewati tahun. Bila tidak menawar dengan harga serendah itu, pilihannya ialah usahanya mati. Karena tidak ada pekerjaan yang dilaksanakan. “Kalau saya tawar 70 persen dan ambil, paling ndak saya bisa hidup hingga tahun depan. Sekedar hidup saja. Walaupun perusahaan tidak berkembang, aset tidak naik. Tetapi cukuplah, menyeberangi lautan sudah dapat selamat sampai tujuan,” ujarnya.

Pemilik proyek tetap menerima penawaran-penawaran hingga level terendah. Namun bukan berarti penawaran terendah yang diambil langsung. Nantinya ialah proses klarifikasi, ada pernyataan sanggup menyelesaikan proyek, dan lain sebagainya. Hingga dinyatakan dimenangkan. Karena dampak covid-19 yang sudah berjalan memasuki tahun kedua ini, banyak menurut Kukuh paket-paket proyek yang ditunda, atau yang dikurangi. Bahkan dicancel. Baik itu proyek-proyek pemerintah, maupun proyek swasta. Investasi belum bergerak. Yang demikian artinya belum ramai.

Dalam situasi seperti ini, yang dilakukan oleh kontraktor secara normatif ialah tetap mengikuti tender-tender yang terbuka. Karena paket proyeknya sangat sedikit, peminatnya menjadi cukup banyak, sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat. “Harga penawaran proyek menjadi ancur-ancuran. Karena orang sudah tidak lagi berpikir untung. Pemilik proyek sih tidak murni hanya mengambil penawaran terendah. Tetapi yang dipilih ialah harga terbaik. Tidak merusak kualitas proyek, tidak juga merugikan kontraktor,” imbuhnya.

Disisi lain, kontraktor-kontraktor yang telah punya usaha lain, di saat pandemi covid-19 ini ikut beralih ke usaha yang bisa memberikan harapan hidup. Tetapi tidak mematikan begitu saja usaha konstruksi yang sudah ada. Persaingan dunia konstruksi sangat ketat. Apalagi paket –paket yang berjalan adalah paket-paket kecil, di bawah Rp15 miliar. Sementara paket menengah dan besar, nyaris jarang.

“Paket proyek di atas Rp15 miliar atau di bawah Rp50 miliar hampir-hampir belum ada,” demikian Kukuh.

Sumber : Suara NTB

GSM Certification salah satu Jasa Sertifikasi ISO Terpercaya di Indonesia, Sudah banyak membantu perusahaan (Kontraktor, Manufaktur, General Services Provider, Pemerintah dan Non Pemerintah, etc) dalam proses Sertifikasi ISO. GSM Certification juga sudah banyak bekerjasama dengan Asosiasi Kontraktor di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *